Etnosentrisme adalah suatu sikap menilai kebudayaan
masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya.
Etnosentrisme dapat juga diartikan fanatisme suku bangsa. Dalam etnosentrisme,
ukuran yang dipakai adalah ukuran- ukuran masyarakatnya, maka orang akan selalu
menganggap kebudayaannya memiliki nilai lebih tinggi dari kebudayaan kelompok
masyarakat lain.
Sikap etnosentrisme memiliku dampak positif dan negatif yang
terjadi dalam masyarakat itu sendiri. Berikut merupakan dampaknya.
Dampak positif dari
etnosentrisme antara lain :
a. Dapat mempertinggi semangat patriotisme,
b. Menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan, serta
C. Mempertinggi rasa cinta pada bangsa sendiri.
Dampak negatif dari
sikap etnosentrisme antara lain :
a. Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan
b. Menghambat pertukaran budaya
c. Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d. Memacu timbulnya konflik sosial.
Etnosentrisme juga dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Etnosentrisme Fleksibel
Seseorang yang memiliki sikap ini, dapat belajar cara-cara
tepat meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka didasarkan pada cara pandang
budaya merekam serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang
budaya orang tersebut.
Etnosentrisme Infleksibel
Etnosentrisme ini terjadi jika seseorang hanya bisa memahami
sesuatu berdasarkan perspektif yang dimilikinya dan tidak mampu memahami
perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budaya orang tersebut.
Contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok
dalam masyarakat Madura. Carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Jika
dilihat lebih dalam, konsep perilaku corak ini adalah sebagai perilaku yang
brutal dan tidak masuk akal.
Selain itu juga, sikap etnosentrisme dapat kita temui di
masyarakat papua yang kebiasaan memakai koteka. Jika dipandang dari sudut
masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal
yang sangat memalukan. Tapi, oleh warga pedalaman papua, memakai koteka
dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap suatu kebanggaan.